Profil  

Bripka Mantoro, Pak Polisi Yang Sukes Kembangkan Pakan Organik

GunungkidulPost.com – PLAYEN – Bripka Mantoro (44), Bhabinkamtibmas yang bertugas di Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen selain memiliki peran mendampingi, menjaga situasi, dan kondisi keamanan masyarakat dilingkup kelurahan juga sukses mengembangkan bisnis usahanya.

Bripka Mantoro Saat Berada Dikolam Lelenya.

Saat dilanda situasi Pandemi Covid-19 seperti saat ini, Pria berbadan tambun ini masih mampu mendampingi warga mengembangkan pakan ternak organik.

Kala itu sekitar tahun 2012, saat Mantoro masih bertugas di Polsek Paliyan. Ia tertarik membuat pakan ternak organik.

Hanya berbekal nekat dan kemauannya yang tinggi akhirnya, Mantoro menggali beragam informasi melalui internet.

“Saat itu saya tertarik belajar membuat pakan ternak organik, informasi pun saya gali lewat internet. Setelah saya coba, lambat laun berhasil,” ucapnya beberapa hari yang lalu.

Mantoro mengaku, setelah ia merasa hasil testimoninya berhasil ia ditawari lahan oleh seorang warga di Pedukuhan Banaran V, Kalurahan Banaran, Playen untuk disewa.

Kesepakatan pun dicapai dengan Mantoro, di mana ia menyewa lahan tersebut senilai Rp 20 juta.

Adapun lahan itu memiliki luas sekitar 500 meter persegi, di mana jangka waktu sewanya selama 20 tahun. Cikal bakal pengembangan pakan ternak pun dimulai dari situ.

Ia pun lantas bekerjasama dengan pengusaha ayam petelur untuk diambil kotorannya. Kotoran tersebut ia campur dengan magot untuk menghasilkan pupuk tanaman.

“Dari situ juga lah saya melihat potensi magot untuk dijadikan pakan ternak. Khususnya lele organik,” ujar Mantoro.

Sebagai pakan lele organik, magot ia campurkan dengan rumput (sejenis paku air). Tak disangka ternyata hasilnya cukup baik untuk meningkatkan kualitas lele organik.

Mantoro mengatakan, kandungan protein lele jadi lebih tinggi dengan pakan tersebut. Selain itu, biaya pakan jauh lebih rendah dibandingkan dengan pakan pelet, bahkan modalnya nyaris nol.

Selain pakan lele, magot itu dijadikan pula pakan ayam ternak. Sedangkan pupuk hasil uraian dari magot dan kotoran ayam dijual untuk pertanian warga.

“Sekarung saya jual Rp 15 ribu dan laku keras. Sedangkan lelenya dalam seminggu bisa lepas 1 kuintal ke pasar,” ucapnya.

Berkat ketelatenannya, kini Mantoro berhasil meraup penghasilan hingga puluhan juta tiap bulan. Usaha ini pula yang akhirnya dicoba disosialisasikan ke warga sekitar.

Saat ini sudah ada beberapa warga di Kalurahan Ngleri, tempatnya bertugas, yang turut membudidayakan lele organik. Ia pun berharap warga bisa mendapatkan keuntungan yang serupa.

Sebab penghasilan yang didapat bisa melampaui modal yang dikeluarkan. Ia pun berkeinginan satu Kalurahan Ngleri bisa melakukan usaha serupa.

“Saya memiliki keinginan supaya masyarakat luas juga mau mengembangkan pakan organik ini. Rancangan masterplannya sudah disusun untuk Pedukuhan Ngleri Wetan. Semoga segera jalan,” ucap Mantoro. (Byu)