Debat Ketiga Paslon Cabup Gunungkidul, Bambang Wisnu-Benyamin Lugas Soal Pembangunan Desa, Keistimewaan DIY dan Air Bersih

Gunungkidulpost.com – YOGYAKARTA – Debat calon bupati-wakil bupati Gunungkidul putaran ketiga menghadirkan keempat pasangan calon melalui siaran langsung TVRI Yogyakarta menjadi debat paling seru di debat puncak Pilkada Gunungkidul, Selasa (10/11) malam jam 19.30 WIB.


Debat dipandu moderator Artika Amalia menjadi panggung bagi paslon nomor urut 3, Bambang Wisnu Handoyo dan Benyamin Sudarmadi, menunjukkan kecakapannya dibanding paslon lain dalam menguasai persoalan utama menyangkut konsep pembangunan dan persoalan penanganan air bersih 12 kapanewon yang tiap tahun masih rentan mengalami krisis air. Paslon diusung dari PDI Perjuangan menyampaikan pembangunan secara luas dalam wajah otonomi desa juga keistimewaan DIY. Bambang Wisnu menempatkan pembangunan yang dipusatkan dalam konsep kemandirian desa.

“Dengan adanya dua UU tentang Desa dan UU tentang Keistimewaan DIY ini yang tahu akan potensi di desa adalah desa itu sendiri. Potensi desa baik sosial, fisik, ekonomi, manajemen paling hebat adalah desa. Kami yakin kalau pembangunan desa dengan mewujudkan konsep desa mandiri ini bisa kita capai otomatis menggerakkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan di tingkat kabupaten,” ujar Bambang Wisnu saat diminta memaparkan perbedaan visi misinya sendiri dengan paslon yang lain pada sesi kedua debat.

Cabup dikenal orang dekat Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan mendapat kepercayaan memegang bendahara umum dalam tata Pemerintah DIY selama 20 tahun menunjukkan kecakapannya dalam mengupas aset milik desa saat ini sebagai aset milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningkrat menurut UU Keistimewaan yang dimanfaatkan desa.

UU Keistimewaan DIY menjadi penting bagi Bambang Wisnu-Benyamin dalam penataan tata ruang wilayah. Status Keistimewaan DIY yang diikuti dengan adanya dana istimewa (danais) untuk DIY turut dikupas Bambang Wisnu-Benyamin dan hendak diperjuangkan menjadi pemasukan asli desa guna memperkuat alokasi dana desa (ADD) dan dana desa (DD) selama ini diharapkan banyak desa dalam menggerakkan pembangunan dari tingkat paling bawah.

Bambang-Benyamin menyebut kedua UU Desa dan Keistimewaan DIY menjadi garda depan pembangunan di DIY, khususnya Gunungkidul.
Adapun menjawab pertanyaan paslon lain Immawan Wahyudi dan Martanty Soenar Dewi perihal penanganan konsumsi air bersih masyarakat rentan di 12 kapanewon di Gunungkidul, menjadi kesempatan Bambang Wisnu dan Benyamin menegaskan pernyataannya pada debat sebelumnya menyatakan air tidak menjadi persoalan berarti.

Ditegaskan kembali Bambang Wisnu ketersediaan air di Gunungkidul tidak menjadi persoalan. Bambang menegaskan yang menjadi permasalahan adalah tata kelola menajemen.

“Semua paslon juga sepakat ketersediaan air bawah tanah kita itu berlimpah. Tapi manajemen tata kelola dirasakan belum sepenuhnya baik. Sekali lagi air kita tidak masalah, tetapi manajemennya yang bermasalah,” tegas Bambang menyampaikan tidak sependapat upaya Immawan-Martanty selama ini hanya mengandalkan sistem droping air dengan armada tanki untuk melayani masyarakat di 12 kapanewon.

Bambang menilai program sumur bor yang ditawarkan Immawan-Martanty tidak menjawab kebutuhan pemenuhan air baku untuk konsumsi masyarakat. Sumur bor dinilai Bambang hanya sesuai untuk untuk pemenuhan kebutuhan pertanian.

Bambang Wisnu-Benyamin akan menggalakkan kembali keberagaam pamdus dan simaskarta yang sudah berjalan. Hanya saja perlu dipadukan dengan desa melalui badan usaha milik desa (bumdes), selain manajemen air yang perlu diperbaiki.

Adapun cawabup Benyamin juga berkesempatan menjawab jelas upaya perlindungan bagi perempuan anak di masa pandemi covid19. Menurut cawabup putra daerah yang berlatar belakang pengusaha memimpin belasan perusahaan di Jakarta, peran mendorong ekonomi produktif kaum perempuan sebagai pelaku usaha harus menjadi perhatian khusus. Menurutnya, peran pemerintah harus ditingkatkan, tidak cukup hanya memudahkan akses modal bagi usaha ekonomi kreatif, tetapi pendampingan usaha hingga pemerintah membuka akses pemasaran bagi produk kratif dihasilkan.

Benyamin juga menyinggung penanganan ekonomi masa covid 19 harus diimbangi pemerintah kabupaten untuk rajin dan disipling dalam meremajakan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) yang berbasis desa. Peremajaan DTKS harus mulai dilakukan dengan berbasis desa untuk mengantisipasi adanya gesekan sosial di tengah masyarakat masa Pandemi Covid19.

Selain Bambang Wisnu dan Benyamin, debat terakhir semalam paslon lain juga memaparkan program yang hendak dilakukan apabila memperoleh kepercayaan masyartakat Gunungkidul. Sunaryanta-Heri misalnya, akan mengubah hasil pertanian singkong menjadi mocaf dan meningkatkan hasil sorgum.

Hanya saja, paslon Sunaryanta-Heri Susanto kurang memanfaatkan setiap pertanyaan untuk menjawab pertanyaan persoaloan secara gamblang dan mengundang kebingungan masyarakat.

Salah satunya menyikapi persoalan angka perceraian tinggi di Gunungkidul, duet mantan TNI dan mantan ASN Kementerian Pertanian lama bertugas diluar Gunungkidul kurang memberikan jawaban yang lugas dan justru mengkaitkan peluang usaha pertanian.

Adapun paslon Sutrisna-Ardi juga memaparkan berbagai langkah strategis yang hendak dilakukan, salah satunya mendorong minat anak muda bertani dan harus dilatih dari sisi ketrampilan, penggunakan teknologi dan fasilitasi oleh pemerintah kedepan.

Penampilan debat terakhir cabup-cawabup Gunungkidul mengundang reaksi berbagai kalangan reaksi masyarakat yang menyaksikan melalui tayangan streaming. Channel resmi KPU terlihat paling banyak diikuti masyarakat baik yang menyampaikan dukungan maupun kritik untuk setiap paparan program kebijakan paslon.

Bupati Gunungkidul, Badingah, berharap semua masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya dengan datang ke TPS pada 9 desmeber mendatang. Ia berharap disiplin protokol kesehatan tetap dikedepankan untuk usaha keselamatan bersama. Bupati dua periode ini juga mengingatkan pentingnya tetap menjaga kerukunan dan persatuan meskipun beda pilihan. (Go)