Meski Hanya Memiliki 13 Peserta Didik, SD Negeri Wonolagi Masih Tetap Bertahan

Kepala Sekolah SD Wonolagi. (Foto: Gunungkidulpost)
Kepala Sekolah SD Wonolagi. (Foto: Gunungkidulpost)

Gunungkidulpost.com – PLAYEN – SD Negeri Wonolagi yang terletak di Kelurahan Ngleri, Pakanewon Playen, Gunungkidul hanya memiliki 13 peserta didik.

Untuk sampai di SD Negeri Wonolagi terbilang cukup sulit, harus melewati hutan dan jalan setapak yang curam. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1980 ini menjadi satu-satunya Sekolah Dasar di Pedukuhan Wonolagi. Dan hanya memiliki jumlah peserta didik yang minim.

Kepala Sekolah SD Negeri Wonolagi, Marsudiyanti mengatakan jumlah tolal peserta didik di SD Wonolagi hanya berjumlah 13 siswa.

“Pada tahun ajaran ini hanya menerima 2 siswa baru di kelas 1, sementara kelas 2 dan 6 kosong tidak ada siswanya.” aku Marsudiyanti, Jumat (17/7/2020)

Minimnya jumlah peserta didik baru di SD Wonolagi dikarenakan anak usia sekolah cenderung sedikit. Wonolagi sendiri juga menjadi satu-satunya dusun yang ada dalam jangkauan zonasi sekolah.

Marsudiyanti menjelaskan, meskipun jumlah pelajar sedikit, pihak sekolah tetap menerapkan Belajar Dari Rumah (BDR). Padahal sebagian besar pelajar tinggal tak jauh dari sekolah, bahkan beberapa di antaranya bertetangga langsung dengan sekolah.

“Pihak sekolah pernah mengajukan ke Disdikpora Gunungkidul, apa boleh tetap belajar dengan tatap muka di sekolah mengingat jumlah siswa hanya sedikit. Namun hal tersebut tidak diperbolahkan, dan diputuskan tetap BDR.” ujarnya.

Semua aktivitas belajar, mulai dari tugas hingga ulangan harian dilakukan lewat grup aplikasi percakapan. Terkadang fasilitas panggilan video (video call) juga digunakan untuk berinteraksi.

Guru di SD Wonolagi hanya berjumlah 4 guru, mereka menyiapkan berbagai materi, mulai dari soal-soal yang dikirimkan lewat aplikasi hingga mengirimkan video materi pembelajaran.

Jaringan seluler masih menjadi kendala utama, mengingat posisi dusun yang terpencil. Disamping itu, tak semua anak memiliki perangkat gawai sendiri. Sebagian besar menggunakan milik orang tua.

“Apabila sedang tidak ada sinyal atau ponselnya rusak, anak tersebut akan bergabung dengan anak lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya,” ungkap Marsudiyanti.

Sementara itu pelajar kelas 3 SD Wonolagi, Adinda Saputri, sedang membaca buku pelajaran sambil menyimak video pembelajaran yang dikirimkan gurunya, dengan disampingi Ibunya, Dwi Astuti dalam proses pembelajaran.

“Dalam belajar anak saya menggunakan ponsel saya, kalau saya belikan takutnya tidak bisa mengontrol penggunaannya.” tutur Astuti.

Ibu rumah tangga ini pun tak mempermasalahkan anaknya harus mengikuti BDR. Namun ia mengaku tetap menemui kesulitan. Salah satunya adalah saat harus menjelaskan materi pelajaran ke anak. Untungnya, guru-guru SD Wonolagi terbuka untuk membantu.

“Kalau saya bingung, saya tinggal mengirim pesan pribadi ke gurunya, menanyakan soal materi pelajaran tersebut. Biasanya langsung direspon,” jelaanya. (Des)