Pabrik Tahu Dan Tempe Tetap Buka Meski Harga Kedelai Melambung Tinggi

GunungkidulPost.com – WONOSARI –
Sejak akhir 2020, harga kedelai melonjak tinggi. Di pasaran, harga kedelai naik hingga Rp 2.750 per kilogram.

Aktivitas Pabri Tahu di Kelurahan Kepek, Wonosari.

Sebelumnya, harga kedelai di pasaran hanya kisaran Rp 6.500 per kilogram. Namun kini harga kedelai tembusRp 9.250.
Hal tersebut mempengaruhi produsen tahu dan tempe.

Seperti Kampung Sentra industri tahu di Padukuhan Sumbermulyo, Kalurahan Kepek, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul. Di tempat tersebut, tahu maupun tempe yang biasanya terisi penuh tempe kini hasil produksi harus berbeda ukuran yakni lebih kecil dibandingkan sebelumnya.

Bendahara Paguyuban industri tahu Sari Mulyo, Sakiyo mengatakan, kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku tahu dan tempe terjadi sejak sebulan terakhir. Selama ini dirinya dan 17 pemilik industry tahu yang tergabung di paguyuban selalu mengandalkan kedelai impor dari Amerika.

“Harga mengalami perubahan dari Rp 6.500 menjadi Rp 9.250. Kami tidak tahu persis penyebabnya. Yang jelas semenjak Amerika punya Presiden baru, dari hari ke hari selalu naik harganya,” katanya saat ditemui, Senin (4/1/2020) lalu.

Meski demikian ia dan belasan pemilik industri tahu mengaku tetap berproduksi. Hanya saja, ukuran satuan produk yang dijual dirubah. Biasanya satu loyang Tahu seharga Rp 30.000 beratnya mencapai 2,2 kilogram.

“Kini harga yang sama, satu Loyang diisi Tahu maksimal seberat 2 kilogram saja, jadi lebih kecil,” ucapnya.

Selain mengurangi ukuran satuan dalam penjualan. Pihaknya juga menurunkan jumlah produksi. Sebelum harga naik, produski di industri tahu miliknya menghabiskan bahan baku 2,5 kuintal kedelai, namun sekarang hanya mencapai 1,30 kuintal saja.

Praktis, jumlah tenaga yang bekerja di tempatnya dikurangi. Sebelumnya 4 pekerja masuk secara bersama-sama. Kali ini dibuat shift, 2 masuk 2 libur. Gantian dalam setiap harinya.

“Sebelum harga naik, jumlah kebutuhan kedelai setiap hari mencapai 5,5 Ton. Kali ini dalam satu kawasan industri dalam sehari menghabiskan 2-3 Ton saja. Produksi pun tetap jalan, namun untungnya mepet dan pekerja kami buat dengan sistem shift,” ungkap Sakiyo. (Yup)