Perubahan Pariwisata Di Gunungkidul Akibat Dampak Covid-19

Opini Oleh Pandu Sinawung Jati

Fakultas Ekonomi

Program Studi Manajemen

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa dikenal Covid-19 sudah bukan istilah asing bagi masyarakat di Dunia. Sejak awal kemunculannya di Kota Wuhan, Provinsi Hubai, China pada akhir 2019 sudah menjadi topik yang sangat sering diperbincangkan di seluruh penjuru dunia. Tidak membutuhkan waktu lama, dalam kurun waktu kurang lebih dua bulan, virus Covid-19 sudah menyebar ke seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

Kemunculan virus Covid-19 ini cukup membuat gempar seluruh dunia dikarenakan sangat berbahaya. Virus ini menyerang sistem pernafasan dan dapat berujung pada kematian apabila tidak segera ditangani. Penularan virus yang sangat mudah dan cepat juga menjadi penyebab begitu cepatnya menyebar.

Pada tanggal 2 Maret 2020, Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa terdapat dua pasien yang terpapar virus Covid-19. Namun pemerintah menduga bahwa virus ini sudah sampai di Indonesia pada awal Januari 2020. (Kompas, 11/5/2020). Dengan adanya virus ini, Pemerintah Indonesia memberi himbauan kepada masyarakat untuk tetap dirumah, menghindari kerumunan, dan tidak perlu keluar rumah apabila tidak diperlukan mengingat penularan virus yang sangat mudah dan tidak terkontrol.

Adanya himbauan untuk tetap di rumah dan menghindari kerumunan membuat beberapa tempat wisata di daerah Gunungkidul sepi pengunjung. Pengelola dan Pemerintah mengambil kebijakan untuk menutup sementara destinasi-destinasi wisata di Gunungkidul. Pemerintah setempat yang bekerja sama dengan TNI, Polri, dan Satpol PP juga terus melakukan patroli pengondisian untuk mencegah terjadinya kerumunan yang dikhawatirkan mengakibatkan bertambahnya kasus Covid-19.

Akibatnya, penurunan pendapatan dialami pengelola wisata dan masyarakat yang bekerja di tempat wisata. Pegiat wisata mulai kesusahan dari segi ekonomi. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari seperti makan saja dapat dikatakan kurang.
Sebagai contoh adalah tempat wisata di kawasan Pantai Gunungkidul. Banyak warung makan, pakaian, dan pedagang yang terpaksa mengurangi stok penjualan mereka bahkan harus menutup tokonya karena sudah tidak mampu untuk membeli modal. Hal tersebut memberi pengaruh dari segi ekonomi di daerah tersebut.

Momen lebaran yang biasanya sangat ramai dipadati pengunjung kini menjadi sepi. Perubahan tersebut terjadi secara signifikan dan membuat pelaku wisata harus bekerja lebih untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang biasanya ramai dengan pengunjung, semakin lama semakin berkurang hingga sepi. Potensi kerugian yang dialami pelaku usaha di kawasan wisata diperkirakan mencapai puluhan milyar.

Memasuki tahun 2021, pandemi masih berlangsung dan kehidupan ekonomi masyarakat yang bekerja di bidang pariwisata juga semakin menurun. Tidak sedikit pelaku usaha di kawasan pantai memilih untuk berganti profesi yang lebih memungkinkan untuk menyambung biaya hidup mereka.

Beberapa ada yang memilih menjadi petani, peternak, dan bekerja serabutan.
Mengetahui hal tersebut, beberapa masyarakat di Gunungkidul yang bergerak di bidang sosial mencoba untuk membantu dari segi ekonomi dan psikologi dengan tujuan masyarakat di Gunungkidul mampu untuk bertahan dan bangkit ditengah kondisi pandemi yang tidak diketahui berakhir sampai kapan.

Selain memberikan dukungan moral dan material, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul juga memberikan bantuan berupa fasilitas-fasilitas protokol kesehatan seperti alat dan sabun untuk cuci tangan, masker, dan sejenisnya. Hal demikian sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada pelaku usaha di bidang pariwisata untuk mulai bangkit kembali dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.

Nama : Pandu Sinawung Jati
Alamat : Purwosari RT 07 RW 01, Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul.
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMA
Kewarganegaraan : Indonesia