Profil  

Mengupas Sejarah Masjid Tiban di Jurangjero. Lalu Siapa Pendirinya???

Gunungkidulpost.com – NGAWEN – Masjid Tiban di Dusun Gambarsari, Kalurahan Jurangjero, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul bisa dibilang unik karena memiliki konstruksi bangunan yang berbeda dibanding masjid lainnya. Dibangun tanpa paku, masjid ini memiliki atap dari rumput ilalang.

Selain konstruksi bangunan yang beda dari yang lain, hingga saat ini belum diketahui siapa yang membangun masjid berukuran sekitar 4×4 meter tersebut.

Konon, masjid itu dahulunya berada di pucuk menthuk dan karena hal tertentu akhirnya terhempas hingga ke Dusun Gambarsari.

Masjid Tiban berlokasi di belakang rumah warga Dusun Gambarsari, Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, tepatnya di sebuah pekarangan yang dikelilingi pepohonan dan tumbuhan. Dari segi konstruksi, bangunan tersebut menyerupai rumah panggung dengan menggunakan anyaman bambu untuk dinding dan rumput ilalang kering sebagai atapnya.

Keunikan dari masjid ini adalah siapa saja yang salat di masjid tersebut, konon doa yang dipanjatkan bisa terkabul. Penasaran, seperti apa masjid terkecil yang tersembunyi di Gunungkidul ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Selasa (12/3/2023).

Salah satu masjid tiban yang sampai saat ini masih berdiri tegak dan bangunannya dibiarkan tak banyak mengalami perubahan adalah masjid tiban yang berada di Padukuhan Jurangjero, Kalurahan Jurangjero Kapanewon (Kecamatan) Ngawen Gunungkidul. Masjid ini berada di pekarangan rumah warga yang kini menjadi penjaga masjid tersebut, Manto Suwitnya.

Masjid ini memang tak seperti masjid kebanyakan lainnya, yang memiliki ukuran cukup besar dan mampu menampung banyak jamaah. Masjid tiban Ngawen ini mungkin juga bisa disebut masjid paling kecil di dunia karena hanya berukuran 4×4 meter persegi dan tinggi dari lantai ke atap hanya sekira 2 meter.

Bangunan masjid ini sebenarnya lebih mirip dengan rumah panggung pada umumnya di Yogyakarta.

Di depan masjid ini terdapat gentong alias tempayan yang terbuat dari tanah liat. Gentong ini untuk menampung air yang bisa digunakan untuk wudhu.

Kini masjid tersebut dijaga dan dirawat oleh Manto Suwitnyo, yang juga pemilik lahan pekarangan tempat masjid berdiri. Manto mengaku dia adalah generasi ketujuh dari penjaga masjid tersebut. Ia pun mengaku tidak mengetahui secara pasti kapan masjid tersebut dibangun.

“Hingga saat ini kami tidak mengetahui siapa yang membangun masjid ini,” kata dia.

Namun, berdasarkan cerita yang dia peroleh, masjid tersebut awalnya tidak ada di pekarangan belakang rumahnya. Masjid tersebut awalnya berada di puncak Gunung Gambar, gunung kecil yang berada di belakang rumah Manto. karena keadaan tertentu masjid tersebut terlempar ke Dusun Jurang Jero dan jatuh ke belakang rumah.

Oleh karena itu, kini banyak warga dari luar Ngawen bahkan luar daerah yang sengaja datang ke Jurang Jero untuk salat di masjid tiban ini. Karena konon katanya, jika salat di masjid ini maka hajatnya bakal terkabul. Dan hingga saat ini, ada pejabat ataupun seseorang yang ingin memiliki jabatan datang ke masjid tersebut agar terkabul.

Hingga kini, masyarakat masih tetap berupaya melestarikan keberadaan masjid tiban di Dusun Jurang Jero. Setiap ada kerusakan, warga berupaya memperbaiki dengan cara bergotong royong. (Byu)