Budaya  

Temukan Fakta Baru, Hari Jadi Gunungkidul Akan Berubah

Gunungkidulpost.com – WONOSARI – Berdasarkan penelusuran sejarah ditemukan fakta secara administrasi sudah ada sejak 4 Oktober 1830.

Oleh sebab itu, Pemkab Gunungkidul akan serius untuk mengubah peringatan hari jadi yang selama ini diperingati setiap 27 Mei nantinya akan diperingati pada 4 Oktober.

Kepala Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Gunungkidul, Choirul Agus Mantara mengatakan sudah membuat tim untuk mengkaji Sejarah Gunungkidul sejak dua tahun lalu. Selama ini kelahiran kabupaten terluas di DIY ada sejak 27 Mei 1931.

Meski demikian, sambung dia, adanya versi berbeda terkait dengan hari jadi. Hal ini mengaku pada tim peneliti yang telah dibentuk untuk menelusurinya.

“Ada dari kalangan akademisi yang dibentuk untuk mengkajinya,” kata Agus, Selasa (7/11/2023).

Menurut dia, salah satu dasar yang menjadi acuan tidak lepas dari adanya peristiwa penandantanganan Perjanjian Klaten. Perjanjian pertama kali ditandatangani di Surakarta pada 1 Oktober 1830. Selanjutnya ditandatangani lagi di Kota Jogja pada 4 Oktober 1830.

“Isi perjanjian [Klaten] salah satunya menyebut, Gunungkidul masuk wilayah Kraton Yogyakarta. Inilah yang menjadi satu dasar penetapan hari jadi kabupaten dengan versi berbeda dengan yang biasanya,” jelasnya.

Fakta baru terkait dengan Sejarah berdirinya Gunungkidul sudah dilakukan uji publik yang menghadirkan tim ahli maupun Masyarakat hingga perwakilan OPD pada Selasa pagi. Adapun hasil tidak ada penolakan sehingga dapat ditindaklanjuti untuk penetapan melalui Surat keputusan Bupati.

“Kemungkinan besar mulai tahun depan tidak lagi diperingati setiap 27 Mei, tapi 4 Oktober. Dari temuan ini, usia Gunungkidul juga lebih tua,” katanya.

Menurut dia, keputusan mengubah hari jadi sesuai dengan kajian sejarah terbentuknya Gunungkidul. Hal ini juga sejalan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Gunungkidul nomor 70/188.45/6/1985. Pada dictum II berbunyi “Ketentuan hari, tanggal, bulan dan tahun hari jadi Kabupaten Gunungkidul dapat ditunjau ulang.

“Pada diktum I dapat ditinjau kembali apabila ternyata dikemudian hari didapat bukti fakta dan data baru yang lebih kuat yang mendukung hal tersebut dan dapat dipertanggungjawabkan,” jelasnya.

Sejarahwan Agus Murdiyastomo mengatakan kisah sejarah merupakan salah satu dari identitas sebuah kelompok Masyarakat. Upaya Penelusuran sejarah menjadi penting agar masyarakat dapat mengenal dan memahami bagaimana wilayah tempat tinggal mereka dibangun dan berkembang menjadi seperti sekarang.

“Kajian ini dilakukan dengan pendekatan sejarah dan administratif. Sejarah bersifat dinamis terikat dengan data-data sehingga dapat berubah sesuai dengan adanya fakta-fakta baru yang ditemukan,” paparnya. (Byu)